Halaman
Welcome
Welcome
Selamat datang di Blog OSIS SMP Negeri 1 Mancak. Sarana yang memprakarsai segala kegiatan yang berhubungan dengan kesiswaan dan keorganisasian. Suarakan aspirasi anda untuk kemajuan SMP Negeri 1 Mancak.
Senin, 28 September 2015
Kamis, 22 Desember 2011
Hari Ibu
Tanggal 22 Desember diperingati sebagai
Hari Ibu. Peringatan ini kerap disalahartikan sebagai bentuk terima
kasih kepada ibu yang telah melahirkan dan mengurus rumah tangga.
Namun, ternyata, hari ibu yang diperingati oleh bangsa Indonesia
bukan demikian maksudnya.
Hari Ibu pertama kali dicetuskan pada
tahun 1928. Misi diperingatinya Hari Ibu adalah untuk mengenang
semangat dan perjuangan permpuan dalam upaya perbaikan kualitas
bangsa. Semangat itu tercermin dalam perjuangan Sofie Korneliq
Pandean, seorang perempuan kelahiran Minahasa yang tanpa rasa takut
berseru tentang kemerdekaan bangsa.
Pandean adalah satu-satunya wanita yang
ikut membacakan naskah Sumpah Pemuda. Selanjutnya, Kongres Permpuan
pada 22 Desember yang dihadiri 30 organisasi perempuan dari 12 kota
dari Jawa dan Sumatera membuktikan bahwa semangat perempuan juga
memiliki cita-cita untuk kemerdekaan.
Hingga pertemuan ketiga, Kongres
Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani)
menetapkan hari untuk mengenang keberanian para perempuan yang turut
membela negara. Dipilihlah 22 Desember sebagai Hari Ibu. Tanggal ini
dikukuhkan dalam Kepres No. 316 tahun 1959 tentang Hari Nasional yang
bukan hari libur dan diperingati hingga sekarang.
Sumber :REPUBLIKA.CO.ID
by osis smpn 1 mancak
Sabtu, 10 Desember 2011
Selamat Menempuh Ujian Tengah Semester
Waktu memang berjalan
begitu cepat, baru saja rasanya kemarin kita menikmati hari libur
akhir semester. Kini kita kembali dihadapkan dengan ujian tengah
semester.
Ujian seharusnya bukan menjadi beban kepada kita. Justru
pada masa ini adalah kesempatan kita untuk melakukan evaluasi hasil
BELAJAR kita.
Baik buruk hasil ujian bukanlah menjadi tujuan utama,
yang terpenting adalah bagaimana kita dengan bersungguh-sungguh
menuliskan hasil belajar kita selama mengikuti kegiatan belajar.
Apakah yang terpenting
dalam melaksanakan sebuah ujian? Hasil bagus adalah jawaban yang
tidak terbantahkan. Namun, yang jauh lebih penting dari itu adalah
proses yang bagus. Cara-cara yang jujur.
Mungkin ujian kali ini lah
saatnya kita mulai membenahi diri dari tindakan-tindakan yang tidak
bertanggung jawab kala pelaksanaan ujian. Tidak ada kata terlambat
untuk berubah, namun menunda perubahan bukanlah sesuatu yang bijak.
Selamat menempuh ujian
teman-teman , semoga ujian kita sukses… jangan lupa meminta doa
restu dari Orang Tua….
by osis smpn 1 mancak
Sabtu, 26 November 2011
Kalender Hijriyah
Kalender
Hijriyah
Penentuan dimulainya
sebuah hari/tanggal pada Kalender Hijriyah berbeda dengan pada
Kalender Masehi. Pada sistem Kalender Masehi, sebuah hari/tanggal
dimulai pada pukul 00.00 waktu setempat. Namun pada sistem Kalender
Hijriah, sebuah hari/tanggal dimulai ketika terbenamnya matahari di
tempat tersebut.
Kalender Hijriyah
dibangun berdasarkan rata-rata silkus sinodik bulan kalender lunar
(qomariyah), memiliki 12 bulan dalam setahun. Dengan menggunakan
siklus sinodik bulan, bilangan hari dalam satu tahunnya adalah (12 x
29,53059 hari = 354,36708 hari).Hal inilah yang menjelaskan 1 tahun
Kalender Hijriah lebih pendek sekitar 11 hari dibanding dengan 1
tahun Kalender Masehi.
Faktanya, siklus sinodik
bulan bervariasi. Jumlah hari dalam satu bulan dalam Kalender Hijriah
bergantung pada posisi bulan, bumi dan matahari. Usia bulan yang
mencapai 30 hari bersesuaian dengan terjadinya bulan baru (new moon)
di titik apooge, yaitu jarak terjauh antara bulan dan bumi, dan pada
saat yang bersamaan, bumi berada pada jarak terdekatnya dengan
matahari (perihelion). Sementara itu, satu bulan yang berlangsung 29
hari bertepatan dengan saat terjadinya bulan baru di perige (jarak
terdekat bulan dengan bumi) dengan bumi berada di titik terjauhnya
dari matahari (aphelion). dari sini terlihat bahwa usia bulan tidak
tetap melainkan berubah-ubah (29 – 30 hari) sesuai dengan kedudukan
ketiga benda langit tersebut (Bulan, Bumi dan Matahari)
Penentuan awal bulan (new
moon) ditandai dengan munculnya penampakan (visibilitas) Bulan Sabit
pertama kali (hilal) setelah bulan baru (konjungsi atau ijtimak).
Pada fase ini, Bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya Matahari,
sehingga posisi hilal berada di ufuk barat. Jika hilal tidak dapat
terlihat pada hari ke-29, maka jumlah hari pada bulan tersebut
dibulatkan menjadi 30 hari. Tidak ada aturan khusus bulan-bulan mana
saja yang memiliki 29 hari, dan mana yang memiliki 30 hari. Semuanya
tergantung pada penampakan hilal. (Wikipedia.com)
Mengenal Sejarah Penanggalan
Islam
Hampir seluruh umat Islam
di seluruh dunia mengenal sistem kalender masehi (M). Bahkan, ketika
diminta untuk menyebutkan nama-nama bulan masehi, mereka dengan mudah
mengucapkannya. Sebaliknya, ketika dimintai pendapatnya tentang
kalender Islam atau hijriyah, kebanyakan mereka akan menggelengkan
kepala, tanda tak tahu.
Sungguh, itu sangat
memprihatinkan sebab mereka tidak mengetahui kalendernya sendiri.
Bahkan, mereka tak tahu bulan apa yang pertama dari kalender
hijriyah. ”Ini disebabkan minimnya sosialisasi keberadaan kalender
hijriyah pada umat Islam,” jelas dosen Fakultas Syariah IAIN
Walisongo, Semarang, Muhammad Izzudin MAg, kepada Republika. Izzuddin
menjelaskan, sistem penanggalan Islam dimulai pada saat Rasulullah
SAW berhijrah dari Makkah ke Madinah. Perpindahan (hijrahnya)
Rasulullah ini, kata dia, menunjukkan adanya tujuan dalam menggapai
kedamaian bagi umat Islam. ”Meninggalkan keburukan menuju
kebaikan,” tegasnya.
Seperti diketahui,
peristiwa hijrah Rasulullah itu terjadi pada hari Kamis, bertepatan
dengan 15 Juli 622 M. Mulai tahun itulah dihitung sebagai tahun
hijriyah. Berbeda dengan tahun masehi yang dimulai pada 1 Januari,
sistem penanggalan Islam diawali pada 1 Muharram. Dan, dalam setahun,
sama-sama berisi 12 bulan. Kendati penerapan kalender hijriyah
merujuk pada tahun hijrahnya Rasulullah dari Makkah ke Madinah,
penanggalan tersebut resmi digunakan setelah 17 tahun kemudian saat
sistem pemerintahan Islam dipimpin oleh Khalifah Umar bin Khattab.
Penetapan awal tahun
hijriyah yang dilakukan Khalifah Umar ini merupakan upaya dalam
merasionalisasikan berbagai sistem penanggalan yang digunakan pada
masa pemerintahannya. Kadang, sistem penanggalan yang satu tidak
sesuai dengan sistem penanggalan yang lain sehingga sering
menimbulkan persoalan dalam kehidupan umat. Bila menilik sejarahnya,
sebelum datangnya Islam, bangsa Arab telah menggunakan kalender
tersendiri. Mereka belum menetapkan tahun, namun sudah mengenal
nama-nama bulan dan hari. Kalaupun harus menggunakan tahun, itu hanya
berkaitan dengan peristiwa yang terjadi, seperti Tahun Gajah yang
dinisbatkan pada masa penyerbuan Abrahah ketika akan menghancurkan
Ka’bah. Karena kesulitan dalam menetapkan tahun tersebut dan
seiring dengan makin banyaknya persoalan yang ada terkait dengan
sistem kalender yang baku, Khalifah Umar pun berinisiatif menetapkan
awal hijrah sebagai permulaan tahun masehi setelah melakukan
musyawarah dengan sejumlah sahabat.
Dari sini, disepakati
bahwa tahun hijrahnya Nabi Muhammad SAW beserta para pengikutnya dari
Makkah ke Madinah adalah tahun pertama dalam kalender Islam.
Sedangkan, nama-nama bulan tetap digunakan sebagaimana sebelumnya,
yakni diawali pada bulan Muharram dan diakhiri pada bulan Dzulhijjah.
Peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad beserta para pengikutnya dari
Makkah ke Madinah yang dipilih sebagai titik awal perhitungan tahun
tentunya mempunyai makna yang amat dalam bagi umat Islam.
Peritiwa hijrah dari
Makkah ke Madinah, kata Izzudin, merupakan peristiwa besar dalam
sejarah awal perkembangan Islam. Peristiwa hijrah adalah pengorbanan
besar pertama yang dilakukan nabi dan umatnya untuk keyakinan Islam,
terutama dalam masa awal perkembangannya. Peristiwa hijrah ini juga
melatarbelakangi pendirian kota Muslim pertama. Tahun baru dalam
Islam mengingatkan umat Islam pada kemenangan atau kejayaan Islam
serta pengorbanan dan perjuangan tanpa akhir di dunia ini.
Rotasi bulan
Bila tahun masehi
terdapat sekitar 365-366 hari dalam setahun, tahun hijriyah hanya
berjumlah sekitar 354-355 hari. Menurut Izzudin, perbedaan ini
disebabkan adanya konsistensi penghitungan hari dalam kalender
hijriyah. ”Rata-rata, jumlah hari dalam tahun hijriyah antara 29-30
hari. Sedangkan, tahun masehi berjumlah 28-31 hari. Inilah yang
membedakan jumlah hari antara tahun masehi dan tahun hijriyah,”
jelas anggota Badan Hisab dan Rukyah PWNU Jawa Tengah ini. Pada
sistem kalender hijriyah, sebuah hari atau tanggal dimulai ketika
terbenamnya matahari di tempat tersebut.
Kalender hijriyah
dibangun berdasarkan rata-rata silkus sinodik bulan yang memiliki 12
bulan dalam setahun. Dengan menggunakan siklus sinodik bulan,
bilangan hari dalam satu tahunnya adalah (12 x 29,53059 hari =
354,36708 hari). Hal inilah yang menjelaskan hitungan satu tahun
kalender hijriyah lebih pendek sekitar 11 hari dibanding dengan
penghitungan satu tahun dalam kalender masehi. Faktanya, siklus
sinodik bulan bervariasi. Jumlah hari dalam satu bulan dalam kalender
hijriyah bergantung pada posisi bulan, bumi, dan matahari. Usia bulan
yang mencapai 30 hari bersesuaian dengan terjadinya bulan baru (new
moon) di titik apooge, yaitu jarak terjauh antara bulan dan bumi;
kemudian pada saat yang bersamaan, bumi berada pada jarak terdekatnya
dengan matahari (perihelion). Sementara itu, satu bulan yang
berlangsung 29 hari bertepatan dengan saat terjadinya bulan baru di
perige (jarak terdekat bulan dengan bumi) dan bumi berada di titik
terjauhnya dari matahari (aphelion). Dari sini, terlihat bahwa usia
bulan tidak tetap, melainkan berubah-ubah (antara 29 hingga 30 hari)
sesuai dengan kedudukan ketiga benda langit tersebut (bulan, bumi,
dan matahari).
Penentuan awal bulan
ditandai dengan munculnya penampakan bulan sabit pertama kali (hilal)
setelah bulan baru (konjungsi atau ijtimak). Pada fase ini, bulan
terbenam sesaat setelah terbenamnya matahari sehingga posisi hilal
berada di ufuk barat. Jika hilal tidak dapat terlihat pada hari
ke-29, jumlah hari pada bulan tersebut dibulatkan menjadi 30 hari.
Tidak ada aturan khusus bulan-bulan mana saja yang memiliki 29 hari
dan mana yang memiliki 30 hari. Semuanya tergantung pada penampakan
hilal. REPUBLIKA – Minggu, 03 Mei 2009
Konsistensi
Historis-Astronomis Kalender Hijriyah
Kalender hijriyah
ditetapkan pada masa kekhalifahan Umar bin Khathab, 17 tahun setelah
hijrahnya Rasulullah SAW. Keputusan itu muncul setelah dijumpai
kesulitan mengidentifikasikan dokumen yang tak bertahun. Hijrah
Rasulullah akhirnya sepakat dipilih dari sekian usulan alternatif
acuan tahun Islam, karena saat itulah titik awal membangun masyarakat
Islami.
Akurasi penghitungan
mundur untuk menetapkan awal tahun hijriyah dan peristiwa-peristiwa
penting lainnya sepenuhnya bergantung pada ingatan banyak orang.
Secara hitungan berskala besar, seperti tahun, kemungkinan
kesalahannya relatif kecil. Mungkin sekian banyak orang masih ingat
suatu peristiwa terjadi tahun ke berapa sesudah atau sebelum
Rasulullah hijrah dari Mekah ke Madinah. Tetapi hitungan rinci sampai
tanggal atau bulan, kemungkinan kesalahannya lebih besar.
Riwayat kronologis
kehidupan Rasulullah yang menyatakan tentang hari atau musim
merupakan alat uji terbaik dalam analisis konsistensi
historis-astronomisnya. Urutan hari tidak pernah berubah dan
berisifat universal. Pencocokan musim diketahui dengan melakukan
konversi sistem kalender hijriyah ke sistem kalender masehi. Program
komputer sederhana konversi kalender Hijriyah-Masehi yang saya buat
digunakan sebagai pendekatan awal yang praktis dalam merekonstruksi
kronologi kejadian penting dalam kehidupan Rasulullah.
Analisis konsistensi
kronologi sejarah dengan pendekatan astronomi menunjukkan bahwa
sistem kalender hijriyah juga baik untuk menelusur kejadian sebelum
hijrah. Walaupun bilangan nol belum dikenal saat itu, sistem kalender
hijriyah ternyata telah memperkenalkan konsep tahun nol. Saat Rasul
hijrah dianggap sebagai tahun nol, karena angka tahun menyatakan
sekian tahun setelah Rasul hijrah.
Konsep tahun nol seperti
itu tidak dikenal dalam sistem kalender Masehi sehingga menimbulkan
polemik tentang kapan awal abad 21 atau milenium ke tiga (tahun 2000
atau 2001). Dengan konsep tahun nol pada tahun Hijriyah, umat Islam
secara tepat dapat menyatakan tahun 1400 lalu sebagai awal abad 15
hijriyah, yang disebut sebagai abad kebangkitan Islam.
Rekonstruksi Kronologis
Dalam sebuah hadits sahih
tentang puasa hari Senin, Rasulullah SAW menyatakan bahwa hari itu
(Senin) dilahirkan, diutus menjadi Rasul, dan diturunkan Alquran
pertama kalinya (HR Muslim). Jabir dan Ibnu Abbas berpendapat
Rasulullah SAW dilahirkan malam Senin 12 Rabiulawal, pada hari dan
tanggal itu beliau diangkat sebagai Nabi dan Rasul, di mi’rajkan ke
langit, hijrah ke Madinah, dan wafat.
Beragam informasi
dijumpai di buku-buku tarikh tentang kejadian-kejadian itu. Haekal
menyatakan tentang kelahiran Nabi Muhammad SAW saja terdapat berbagai
pendapat. Ada yang menyatakan lahir pada tanggal 2, 8, 9, atau 12.
Bulannya pun beragam: Muharam, Shafar, Rabi’ulawal, Rajab, atau
Ramadhan. Tahunnya: tahun Gajah, 15 tahun sebelum tahun Gajah, 30
tahun setelah tahun Gajah, atau 70 tahun setelah tahun Gajah. Namun
kebanyakan pendapat menyatakan Rasulullah SAW dilahirkan pada hari
Senin 12 Rabi’ulawal tahun Gajah.
Tahun Gajah adalah saat
Abraha dan pasukan bergajahnya berniat menghancurkan Ka’bah, tetapi
digagalkan Allah. Hal itu terjadi 53 tahun sebelum hijrah (secara
matematis-astronomis dapat dinyatakan sebagai tahun ’53 H).
Sehingga saat kelahiran Nabi tersebut bertepatan dengan hari Senin 5
Mei 570 M.
Kapankah tepatnya
pengangkatan beliau menjadi Rasul? Tahun kejadiannya umumnya
bersepakat pada saat Nabi berumur 41 tahun, atau tahun Gajah ke-41
(tahun -13 H). Hanya tentang tanggal dan bulannya tidak ada
kesepakatan. Menurut Jabir dan Ibnu Abbas tersebut di atas, hal itu
terjadi pada hari Senin 12 Rabi’ulawal. Itu bertepatan dengan Senin
24 Februari 609 M.
Pendapat lainnya
menyatakan terjadi pada 17 Ramadhan berdasarkan isyarat pada QS 8:41
bahwa Alquran diturunkan pada hari Furqan, hari bertemunya dua
pasukan yang ditafsirkan sebagai saat perang Badar 17 Ramadhan.
Isyarat lainnya ada pada QS 2:185 bahwa Alquran diturunkan pada bulan
Ramadhan. Bila harinya mengacu pada hadits Muslim serta pendapat
Jabir dan Ibnu Abbas, maka 17 Ramadhan -13 H tersebut bertepatan
dengan hari Senin 25 Agustus 609 M.
Hasbi Ash Shiddieqy dalam
pengantar Tafsir Al Bayaan menyatakan ayat nubuwah (pengangkatan
sebagai Nabi) pertama kali turun pada bulan Rabi’ulawal dengan 5
ayat pertama surat Al Alaq. Kemudian ayat risalah (pengangkatan
sebagai Rasul) turun pada 17 Ramadhan dengan beberapa ayat awal surat
Al Muddatstsir. Riwayat menyatakan bahwa baik saat menerima ayat
nubuwah maupun ayat risalah, Rasulullah SAW meminta Sitti Khadijah
menyelimuti beliau. Pendapat mana pun yang diambil, kenyataan pada
saat musim panas bulan Agustus Rasulullah SAW minta diselimuti,
menunjukkan betapa hebatnya ketakutan manusiawi beliau hingga beliau
menggigil.
Peristiwa Isra’ Mi’raj
saat mulai diwajibkannya shalat lima waktu pun tidak ada kesepakatan
kapan terjadinya. Sebagian besar mengikuti pendapat Ibnu Katsir dari
riwayat yang tidak sahih isnadnya, bahwa Isra’ mi’raj terjadi
pada 27 Rajab ’1 H (satu tahun sebelum Hijrah). Itu berarti terjadi
pada hari Rabu 15 Oktober 620. Tetapi bila mengikuti pendapat Jabir
dan Ibnu Abbas bahwa Isra’ Mi’raj terjadi pada hari Senin 12
Rabi’ulawal, berarti terjadi pada 12 Rabiul’awal -3 H (tiga tahun
sebelum Hijrah) yang bertepatan dengan Senin 6 November 618.
Peristiwa Hijrah
Rasulullah SAW terjadi pada bulan Rabi’ulawal tahun 13 Bi’tsah
(13 tahun setelah pengangkatan sebagai Rasul). Berangkat pada 2
Rabi’ilawal dan tiba pada 12 Rabi’ulawal. Saat tiba di Madinah 12
Rabi’ulawal 0 H bertepatan dengan hari Senin, 5 Oktober 621. Ini
sesuai dengan pendapat Jabir dan Ibnu Abbas bahwa hainya Senin.
Beberapa penulis riwayat Rasulullah SAW merancukan saat hijrah
tersebut dengan tahun baru hijriyah pertama. Haekal dan Al Hamid Al
Husaini menyebutkan peristiwa Hijrah terjadi pada bulan Juli. Haekal
menyatakan Rasullullah tiba di Madinah hari Jumat. Sesungguhnya bulan
Juli adalah tahun baru 1 Muharram 1 H yang jatuh pada hari Jumat, 16
Juli 622.
Puasa Ramadhan mulai
diwajibkan pada hari Senin 2 Sya’ban 2 H atau 30 Januari 624 M. Itu
berarti puasa Ramadhan pertama terjadi pada bulan Februari-Maret,
dengan suhu yang relatif sejuk dan panjang hari termasuk normal
(panjang siang hari sekitar 12 jam). Menurut analisis astronomis,
selama Rasulullah hidup hanya 9 kali beliau berpuasa, 6 kali selama
29 hari dan hanya 3 kali selama 30 hari. Puasa pertama selama 29
hari.
Riwayat tentang perang
Badar tidak konsisten dari segi hari dan tanggalnya. Menurut beberapa
pendapat, perang Badar terjadi hari Jumat 17 Ramadhan 2 H.
Sesungguhnya 17 Ramadhan 2 H jatuh pada hari Selasa 13 Maret 624.
Tanggal 17 Ramadhan yang jatuh pada hari Jumat terjadi pada tahun 1 H
yang bertepatan dengan 25 Maret 623. Namun, dikonfirmasikan dengan
peristiwa-peristiwa sebelumnya, tidak mungkin hal itu terjadi pada
tahun pertama hijriyah. Jadi, riwayat yang menyatakan perang Badar
terjadi pada hari Jumat, tidak akurat menyebutkan harinya.
Perang Uhud yang
memberikan pelajaran berharga akan pentingnya ketaatan kepada
perintah Rasul terjadi pada 15 Syawal 3 H atau hari Ahad 31 Maret
625. Pada perang tersebut kemenangan berbalik menjadi kekalahan
ketika pasukan pemanah yang diperintah Rasulullah tidak taat untuk
tetap di tempat. Walaupun demikian kedua belah pihak sama-sama
menderita korban yang besar. Kemudian Abu Sufyan ketika hendak
meninggalkan medan perang menantang untuk berperang kembali di Badar.
Ternyata perang Badar
Shugra (Badar kecil) yang terjadi pada Sya’ban 4 H (Januari 626)
saat musim paceklik tidak jadi berlangsung karena Abu Sufyan merasa
ketakutan dan menarik pasukannya kembali ke Mekah (QS 3:172-174).
Mungkin pada peristiwa inilah, yang terjadi sebelum Ramadhan,
Rasulullah menyatakan bahwa mereka baru pulang dari perang yang kecil
menuju jihad yang besar, jihadunafs, jihad melawan hawa nafsu pada
puasa Ramadhan yang menjelang tiba.
Berbeda dengan perang
Badar kubra dan perang Uhud yang terjadi pada awal musim semi, perang
Khandaq terjadi pada musim dingin saat krisis pangan dan perang Tabuk
pada akhir musim panas yang sangat terik. Perang Khandaq (parit)
terjadi pada bulan Syawal 5 H (Februari 627). Saat itu kaum Muslimin
yang membentengi diri dengan parit di sekeliling Madinah dikepung
selama 3 pekan. Kaum musyrikin menghentikan pengepungannya setelah
diporak porandakan oleh badai yang sangat dingin.
Perang Tabuk terjadi pada
bulan Rajab 9 H (Oktober 630). Hadits dan Alquran (QS 9:81)
menceritakan perjuangan yang berat di tengah cuaca yang sangat terik
menghadapi ancaman tentara Rumawi. Sebagian penulis sejarah meragukan
peristiwa tersebut terjadi pada bulan Oktober yang dianggapnya sudah
memasuki musim dingin, yang berbeda dari ungkapan dalam hadits atau
Alquran. Tapi sesungguhnya pada bulan itu suhu mendekati 30 derajat
pada siang hari bukan hal yang mustahil dalam perjalanan dari Madinah
ke Tabuk (dekat Jordan).
Hari-hari terakhir
kehidupan Rasulullah ditandai dengan turunnya QS 5:3 yang menyatakan
bahwa Allah telah menyempurkan agama Islam dan meridlainya. Ayat itu
turun saat wukuf di Arafar 9 Dzulhijjah 10 H yang bertepatan dengan
Jumat 6 Maret 632. Mungkin ini berkaitan dengan sebutan haji akbar
bila wukufnya jatuh pada hari Jumat.
Tiga bulan setelah
turunnya ayat tersebut Rasulullah wafat pada 12 Rabi’ulawal 11 H.
Analisis astronomis menyatakan 12 Rabi’ulawal mestinya jatuh pada
hari Sabtu 6 Juni 632. Namun banyak yang berpendapat Rasulullah wafat
pada hari Senin, itu berarti tanggal 8 Juni 632. Perbedaan dua hari
tidak dapat dijelaskan akibat terjadinya istikmal (penggenapan
menjadi 30 hari) bulan Shafar. Mungkin yang terjadi adalah
‘kelalaian’ masal dalam penentuan awal bulan akibat kesedihan
ummat yang mendalam menghadapi Rasul yang dicintainya menderita sakit
sejak bulan Shafar.
Terlepas dari ‘kelalaian’
tersebut ada hal yang menarik tentang hari Senin 12 Rabi’ulawal
tersebut. Apakah suatu kebetulan atau mu’jizat Rasulullah SAW,
ternyata beberapa peristiwa penting jatuh pada hari Senin 12
Rabi’ulawal. Konsistensi hari dan tanggal membuktikan bahwa
Rasulullah lahir, hijrah, dan wafat terjadi pada hari dan tanggal
tersebut. Walaupun tidak banyak yang bersepakat, pengangkatan sebagai
Nabi saat menerima wahyu pertama kali dan peristiwa Isra’ Mi’raj
mungkin pula terjadi pada hari dan tanggal tersebut.
T. Djamaluddin adalah
peneliti bidang matahari & lingkungan antariksa, Lapan, Bandung.
Sumber:
http://media.isnet.org
by osis smpn 1 mancak
Hari Guru Nasional Ke-66
Tidak banyak diantara kita yang tahu bahwa hari ini 25 November 2011 adalah hari guru yang ke-66. Tentu ada sebuah harapan besar di hari ulang tahun guru ini. Harapan besar itu adalah bersatunya para pendidik dalam satu wadah organisasi yang bernama Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Suka atau tidak suka PGRI adalah salah satu organisasi pendidik terbesar yang diakui pemerintah, dan hari kelahiran PGRI kita peringati sebagai hari guru.
PB PGRI mengusung tema Hari Guru Nasional dan HUT PGRI ke 66 Tahun 2011 ”Meningkatkan Peran Strategis Guru untuk Membangun Karakter Bangsa”. Tema tersebut momentum yang tepat, disaat gunjang-ganjingnya permasalahan bangsa, guru menjadi tambatan hati untuk menjadi public figure dalam membentuk kepribadian dan karakter bangsa. Peran guru dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia sungguh besar dan sangat menentukan.
Berikut ini adalah kilas balik Sejarah kelahiran PGRI
PGRI lahir pada 25 November 1945, setelah 100 hari proklamasi kemerdekaan Indonesia. Cikal bakal organisasi PGRI adalah diawali dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) tahun 1912, kemudian berubah nama menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI) tahun 1932.
Semangat kebangsaan Indonesia telah lama tumbuh di kalangan guru-guru bangsa Indonesia. Organisasi perjuangan guru-guru pribumi pada zaman Belanda berdiri tahun 1912 dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB).Organisasi ini bersifat unitaristik yang anggotanya terdiri dari para Guru Bantu, Guru Desa, Kepala Sekolah, dan Penilik Sekolah. Dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda mereka umumnya bertugas di Sekolah Desa dan Sekolah Rakyat Angka Dua.
Sejalan dengan keadaan itu maka disamping PGHB berkembang pula organisasi guru bercorak keagamaan, kebangsaan, dan yang lainnya.
Kesadaran kebangsaan dan semangat perjuangan yang sejak lama tumbuh mendorong para guru pribumi memperjuangkan persamaan hak dan posisi dengan pihak Belanda. Hasilnya antara lain adalah Kepala HIS yang dulu selalu dijabat orang Belanda, satu per satu pindah ke tangan orang Indonesia. Semangat perjuangan ini makin berkobar dan memuncak pada kesadaran dan cita-cita kesadaran.
Perjuangan guru tidak lagi perjuangan perbaikan nasib, tidak lagi perjuangan kesamaan hak dan posisi dengan Belanda, tetapi telah memuncak menjadi perjuangan nasional dengan teriak “merdeka.”
Pada tahun 1932 nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) diubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI). Perubahan ini mengejutkan pemerintah Belanda, karena kata “Indonesia” yang mencerminkan semangat kebangsaan sangat tidak disenangi oleh Belanda. Sebaliknya, kata “Indonesia” ini sangat didambakan oleh guru dan bangsa Indonesia. Pada zaman pendudukan Jepang segala organisasi dilarang, sekolah ditutup, Persatuan Guru Indonesia (PGI) tidak dapat lagi melakukan aktivitas.
Semangat proklamasi 17 Agustus 1945 menjiwai penyelenggaraan Kongres Guru Indonesia pada tanggal 24 – 25 November 1945 di Surakarta. Melalaui kongres ini, segala organisasi dan kelompok guru yang didasarkan atas perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik, agama, dan suku, sepakat dihapuskan. Mereka adalah guru-guru yang aktif mengajar, pensiunan yang aktif berjuang, dan pegawai pendidikan Republik Indonesia yang baru dibentuk. Mereka bersatu untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Di dalam kongres inilah, pada tanggal 25 November 1945 seratus hari setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) didirikan.
Sejalan dengan keadaan itu maka disamping PGHB berkembang pula organisasi guru bercorak keagamaan, kebangsaan, dan yang lainnya.
Kesadaran kebangsaan dan semangat perjuangan yang sejak lama tumbuh mendorong para guru pribumi memperjuangkan persamaan hak dan posisi dengan pihak Belanda. Hasilnya antara lain adalah Kepala HIS yang dulu selalu dijabat orang Belanda, satu per satu pindah ke tangan orang Indonesia. Semangat perjuangan ini makin berkobar dan memuncak pada kesadaran dan cita-cita kesadaran.
Perjuangan guru tidak lagi perjuangan perbaikan nasib, tidak lagi perjuangan kesamaan hak dan posisi dengan Belanda, tetapi telah memuncak menjadi perjuangan nasional dengan teriak “merdeka.”
Pada tahun 1932 nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) diubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI). Perubahan ini mengejutkan pemerintah Belanda, karena kata “Indonesia” yang mencerminkan semangat kebangsaan sangat tidak disenangi oleh Belanda. Sebaliknya, kata “Indonesia” ini sangat didambakan oleh guru dan bangsa Indonesia. Pada zaman pendudukan Jepang segala organisasi dilarang, sekolah ditutup, Persatuan Guru Indonesia (PGI) tidak dapat lagi melakukan aktivitas.
Semangat proklamasi 17 Agustus 1945 menjiwai penyelenggaraan Kongres Guru Indonesia pada tanggal 24 – 25 November 1945 di Surakarta. Melalaui kongres ini, segala organisasi dan kelompok guru yang didasarkan atas perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik, agama, dan suku, sepakat dihapuskan. Mereka adalah guru-guru yang aktif mengajar, pensiunan yang aktif berjuang, dan pegawai pendidikan Republik Indonesia yang baru dibentuk. Mereka bersatu untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Di dalam kongres inilah, pada tanggal 25 November 1945 seratus hari setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) didirikan.
Dengan semangat pekik “merdeka” yang bertalu-talu, di tengah bau mesiu pemboman oleh tentara Inggris atas studio RRI Surakarta, mereka serentak bersatu untuk mengisi kemerdekaan dengan tiga tujuan :
- Memepertahankan dan menyempurnakan Republik Indonesia;
- Mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai dengan dasar-dasar kerakyatan;
- Membela hak dan nasib buruh umumnya, guru pada khususnya. Sejak Kongres Guru Indonesia itulah, semua guru Indonesia menyatakan dirinya bersatu di dalam wadah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Jiwa pengabdian, tekad perjuangan dan semangat persatuan dan kesatuan PGRI yang dimiliki secara historis terus dipupuk dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan negara kesatuan republik Indonesia. Dalam rona dan dinamika politik yang sangat dinamis, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) tetap setia dalam pengabdiannya sebagai organisasi perjuangan, organisasi profesi, dan organisasi ketenagakerjaan, yang bersifat unitaristik, independen, dan tidak berpolitik praktis.
Untuk itulah, sebagai penghormatan kepada guru, pemerintah Republik Indonesia dengan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994, menetapkan hari lahir PGRI tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional, dan diperingati setiap tahun.
Disaat banyak media mengeksploitasi kebejatan moral para petinggi bangsa, di saat masyarakat mendambakan sebuah aksi perubahan yang sering dikampanyekan oleh juragan politik, bagaimana posisi seorang guru? Sungguh sayang sekali, justru disaat kebutuhan akan guru sangat mendesak untuk menambal sulam yang pensiun. Kenyataanya kebutuhan akan profesi guru harus di moratorium juga, walau banyak teriakan hausnya sebuah pendidikan bermutu banyak dilontarkan oleh corong-corong daerah. Kondisi objektif ini masih belum menunjukkan harapan yang signifikan antara keberimbangan pangsa pasar (peserta didik) dengan SDM (kuota guru) yang ada.
Hari Guru Nasional dan HUT PGRI yang ke 66, tahun ini adalah usia yang cukup matang dan dewasa bagi sebuah organisasi. Seharusnya menjadi sebuah refleksi, renungan dan evaluasi bagi semua guru untuk membuka kembali lembar catatan dari banyak peristiwa, persoalan, tantangan, dan kendala yang telah dihadapi. Seberapa besar ponten yang dapat kita berikan untuk profesionalitas diri kita? Tentu, kita sendirilah yang bisa menjawabnya. Karena menjadi guru profesional bukanlah perkara gampang, maka perlu kesadaran dari diri kita juga yang harus memulainya untuk mengangkat citra profesi yang digugu dan ditiru. Citra guru yang baik akan mengangkat kualitas pendidikan itu sendiri. Dan pendidikan yang baik akan dapat mengangkat harkat dan martabat bangsa.
Mudah-mudahan para guru selalu mampu memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara. “Tidak ada guru, tidak ada pendidikan, tidak ada pendidikan mustahil ada proses pembangunan”. Hanya dengan sentuhan guru yang profesional, bermartabat, dan ditauladani, maka anak-anak bangsa akan menerima proses pembelajaran yang mendidik dan bermutu. Ada sebuah kalimat hikmah, “man yazra’ wa huwa yahsud”, artinya siapa yang menanam, dialah yang akan memanen. Jika kita menginginkan kebaikan bagi diri kita, maka mulailah dari diri kita untuk menebarkan kebaikan kepada orang lain. Dalam makna lain siapa yang menanam padi, dia akan memanen padi pula. Bahkan rumput pun akan tumbuh disekitar padi itu. Namun, siapa yang menanam rumput, jangan harap ada padi yang bisa tumbuh.
Oleh karena itu guru harus meningkatkan customer service bagi anak didiknya. Karena jasa-jasa guru akan terpatri dan guru akan selalu hidup dalam setiap kenangan dan langkah kehidupan anak didiknya, sebagaimana sering dilantunkan peserta didik dalam lagu Hymne Guru. Akhir dari tulisan ini, ada seuntai pesan kata bijak dari orang yang telah melanglang buana menikmati indahnya profesi guru. Prof. Dr. A. Malik Fadjar dalam tulisannya “Guru itu adalah cermin pendidikan, dan pendidikan itu akan tercermin dari para guru”. Semoga menjadi spirit buat para guru Indonesia dan direfleksikan dalam sisa perjalanan usia kita. Selamat Hari Guru Nasional dan Sukses untuk kita semua.
Semoga PGRI, guru, dan bangsa Indonesia tetap jaya dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Source : http://www.pontianakpost.com
Jumat, 18 November 2011
Kamis, 17 November 2011
Mengenal Palang Merah Remaja
Palang Merah Remaja atau
PMR adalah wadah pembinaan dan pengembangan anggota remaja yang
dilaksanakan oleh Palang Merah Indonesia. Terdapat di PMI Cabang
seluruh Indonesia dengan anggota lebih dari 1 juta orang.
Anggota PMR merupakan
salah satu kekuatan PMI dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan
kemanusiaan dibidang kesehatan dan siaga bencana, mempromosikan
Prinsip-Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah
Internasional, serta mengembangkan kapasitas organisasi PMI.
Sejarah
Terbentuknya Palang Merah
Remaja dilatar belakangi oleh terjadinya Perang Dunia I (1914 –
1918) pada waktu itu Austria sedang mengalami peperangan. Karena
Palang Merah Austria kekurangan tenaga untuk memberikan bantuan,
akhirnya mengerahkan anak-anak sekolah supaya turut membantu sesuai
dengan kemampuannya. Mereka diberikan tugas – tugas ringan seperti
mengumpulkan pakaian-pakaian bekas dan majalah-majalah serta Koran
bekas. Anak-anak tersebut terhimpun dalam suatu badan yang disebut
Palang Merah Pemuda (PMP) kemudian menjadi Palang Merah Remaja (PMR).
Pada tahun 1919 di dalam
sidang Liga Perhimpunan Palang Merah Internasional diputuskan bahwa
gerakan Palang Merah Remaja menjadi satu bagian dari perhimpunan
Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. Kemudian usaha tersebut diikuti
oleh negara-negara lain. Dan pada tahun 1960, dari 145 Perhimpunan
Palang Merah dan Bulan Sabit Merah sebagian besar sudah memiliki
Palang Merah Remaja.
Di Indonesia pada Kongres
PMI ke-IV tepatnya bulan Januari 1950 di Jakarta, PMI membentuk
Palang Merah Remaja yang dipimpin oleh Ny. Siti Dasimah dan Paramita
Abdurrahman. Pada tanggal 1 Maret 1950 berdirilah Palang Merah Remaja
secara resmi di Indonesia.
Pendidikan dan
pelatihan PMR
Palang Merah Remaja atau
PMR adalah organisasi kepemudaan binaan dari Palang Merah Indonesia
yang berpusat di sekolah-sekolah dan bertujuan memberitahukan
pengetahuan dasar kepada siswa sekolah dalam bidang yang berhubungan
dengan kesehatan umum dan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan.
Untuk mendirikan atau
menjadi anggota palang merah remaja disekolah, harus diadakan
Pendidikan dan Pelatihan Diklat untuk lebih mengenal apa itu
sebenarnya PMR dan sejarahnya mengapa sampai ada di Indonesia, dan
pada diklat ini para peserta juga mendapatkan sertifikat dari PMI.
Dan baru dianggap resmi menjadi anggota palang merah apabila sudah
mengikuti seluruh kegiatan yang diadakan oleh palang merah remaja
disekolah.
PMI mengeluarkan
kebijakan pembinaan PMR:
- Remaja merupakan prioritas pembinaan, baik dalam keanggotaan maupun kegiatan kepalangmerahan.
- Remaja berperan penting dalam pengembangan kegiatan kepalangmerahan.
- Remaja berperan penting dalam perencanaan, pelaksanaan kegiatan dan proses pengambilan keputusan untuk kegiatan PMI.
- Remaja adalah kader relawan.
- Remaja calon pemimpin PMI masa depan.
Tujuan
pembinaan dan pengembangan PMI masa depan:
- Penguatan kualitas remaja dan pembentukan karakter.
- Anggota PMR sebagai contoh dalam berperilaku hidup sehat bagi teman sebaya.
- Anggota PMR dapat memberikan motivasi bagi teman sebaya untuk berperilaku hidup sehat.
- Anggota PMR sebagai pendidik remaja sebaya.
- Anggota PMR adalah calon relawan masa depan.
Jumbara
Jumbara atau Jumpa Bhakti
Gembira adalah kegiatan besar organisasi PMR seperti halnya jambore
pada organisasi Pramuka.Jumbara diadakan dalam setiap tingkatan. Ada
jumbara tingkat kabupaten, daerah dan Jumbara Nasional. dimana
pelaksanaanya disesuaikan dengan kemampuan PMI daerah yang
bersangkutan.
Tribakti
PMR
Dalam PMR ada tugas yang
harus dilaksanakan, dalam PMR dikenal tri bakti yang harus diketahui,
dipahami dan dilaksanakan oleh semua anggota. TRIBAKTI PMR (2009)
tersebut adalah:
- Meningkatkan keterampilan hidup sehat
- Berkarya dan berbakti kepada masyarakat
- Mempererat persahabatan nasional dan internasional.
Tingkatan
PMR
Di Indonesia dikenal ada
3 tingkatan PMR sesuai dengan jenjang pendidikan atau usianya
- PMR Mula adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Dasar (10-12 tahun). Warna emblem Hijau
- PMR Madya adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Menengah Pertama (12-15 tahun). Warna emblem Biru Langit
- PMR Wira adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Menengah Atas (15-17 tahun). Warna emblem Kuning
Prinsip
Dasar kepalang-merahan
Dalam PMR dikenalkan 7
Prinsip Dasar yang harus diketahui dan dilaksanakan oleh setiap
anggotanya. Prinsip-prinsip ini dikenal dengan nama"7 Prinsip
Dasar Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional" (Seven
Fundamental Principle of Red cross and Red Crescent).
Kemanusiaan
Gerakan Palang Merah dan
Bulan Sabit Merah lahir dari keinginan untuk memberikan pertolongan
kepada korban yang terluka dalam pertempuran tanpa membeda-bedakan
mereka dan untuk mencegah serta mengatasi penderitaan sesama.
Tujuannya ialah melindungi jiwa dan kesehatan serta menjamin
penghormatan terhadap umat manusia. Gerakan menumbuhkan saling
pengertian, kerja sama dan perdamaian abadi antar sesama manusia.
Kesamaan
Gerakan memberi bantuan
kepada orang yang menderita tanpa membeda-bedakan mereka berdasarkan
kebangsaan, ras, agama, tingkat sosial atau pandangan politik.
tujuannya semata-mata ialah mengurangi penderitaan orang lain sesuai
dengan kebutuhannya dengan mendahulukan keadaan yang paling parah.
Kenetralan
Gerakan tidak memihak
atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, ras, agama, atau
ideologi.
Kemandirian
Gerakan bersifat mandiri,
setiap perhimpunan Nasional sekalipun merupakan pendukung bagi
pemerintah dibidang kemanusiaan dan harus mentaati peraturan hukum
yang berlaku dinegara masing-masing, namun gerakan bersifat otonom
dan harus menjaga tindakannya agar sejalan dengan prinsip dasar
gerakan.
Kesukarelaan
Gerakan memberi bantuan
atas dasar sukarela tanpa unsur keinginan untuk mencari keuntungan
apapun.
Kesatuan
Didalam satu Negara hanya
boleh ada satu perhimpunan Nasional dan hanya boleh memilih salah
satu lembaga yang digunakan Palang merah Bulan Sabit Merah. Gerakan
bersifat terbuka dan melaksanakan tugas kemanusiaan diseluruh wilayah
negara bersangkutan.
Kesemestaan
Gerakan bersifat semesta.
Artinya, gerakan hadir diseluruh dunia. Setiap perhimpunan Nasional
mempunyai status yang sederajat, serta memiliki hak dan tanggung
jawab yang sama dalam membantu sama lain.
Langganan:
Postingan (Atom)